Hidroponik Kembalikan Identitas Warga Lampung
LAMPUNG – Makin berkurangnya lahan pertanian memaksa warga Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Lampung, beralih profesi dari bertani ke sektor industri.
Kenyataan ini jadi ironi mengingat mayoritas warga di wilayah tersebut merupakan keturunan petani. Hal tersebut dikemukakan Camat Tanjung Karang Pusat, Maryamah saat membuka pelatihan Hidroponik bersama Power di aula kantornya, Rabu (1/8).
Maryamah berharap kegiatan ini dapat bermanfaat dan dapat mengembalikan identitas diri warga di wilayah yang dipimpinnya. Diungkapkannya Kota Tanjung Karang Pusat merupakan wilayah dengan jumlah penduduk yang cukup padat.
“Luas wilayah Tanjung Karang Pusat hanya 7,4 km dengan jumlah 54.000 penduduk di siang hari dan 83.000 penduduk di malam hari dan akhir pekan. Dengan fakta tersebut banyak lahan berubah menjadi pemukiman, sehingga sangatlah sulit bertani dengan metode konvensional yang membutuhkan lahan yang cukup luas. Jadi jangan heran bila banyak warga meninggalkan sektor pertanian,” ungkap Maryamah.
Padahal dikatakannya dari garis keturunan, warga Tanjung Karang Pusat merupakan anak petani. Karena itu Maryamah bersyukur kegiatan pelatihan Hidroponik bersama Power ini di gelar di kotanya. “Melalui kegiatan ini saya berharap identitas warga sebagai petani bisa kembali. Meski sekarang predikatnya adalah petani hidroponik,” tukasnya.
Di hari yang sama pelatihan Hidroponik bersama Power juga digelar di Kecamatan Tanjung Karang Barat. Sebanyak 60 peserta yang terbagi 20 kelompok berasal dari masing-masing kelurahan mengikuti kegiatan ini.
Camat Tanjung Karang Barat, Nurzuraidawati, mengaku bahwa sebenarnya telah melakukan penanaman hidroponik di belakang kantornya. Namun saat ini berhenti lantaran kehabisan bibit sayuran.
Lebih lanjut Nurzuraidawati menyatakan bahwa telah merasakan kualitas sayuran yang dihasilkan melalui penanaman hidroponik. “Hasil bagus, segar, berkualitas dan kesehatannya lebih terjamin. Karena sayuran yang ditanam tidak menggunakan pestisida,” kata Nurzuraidawati.
Kendati demikian, iapun tidak memungkiri bahwa sayuran yang dihasilkan tersebut tidak lepas dari peralatan pipa yang digunakan. “Saya sudah menggunakan Pipa Power untuk berhidroponik dan saluran air di rumah saya. Selain kuat, Pipa Power tidak mengandung timbal yang berisiko bagi kesehatan. Ini alasan saya memilih pipa tersebut. Sehingga tidak heran sayuran yang saya panen berkualitas bagus,” ucap Nurzuraidawati.
Oleh karena itu, iapun berharap seluruh peserta dapat memanfaatkan kegiatan ini. Selain dapat ilmu, berbagai peralatan telah disiapkan Pipa Power. “Tunjukkan terima kasih kita kepada Pipa Power yang telah bersedia menggelar pelatihan Hidroponik bersama Power di wilayah ini dengan menyerap ilmu sebaik-baiknya dan mengimplementasikannya di rumah,” imbuh Nurzuraidawati.
Sementara itu, perwakilan Pipa Power, Andrean Yanuar, berterima kasih atas antusiasme warga di dua kecamatan tersebut untuk mengikuti pelatihan Hidroponik bersama Power yang digelar pihaknya.
Dikatakan Andrean, dirinya sepakat dengan pernyataan kedua camat berbeda wilayah itu. Sehingga Lampung sebagai kota berketahanan pangan dapat terwujud. “Hidroponik merupakan salah satu alternatif bercocok tanam dengan lahan terbatas,” ujar Andrean.
Begitupun dengan penggunaan pipa Power yang diungkapkan Camat Tanjung Karang Barat, Nurzuraidawati. Dikatakan Andrean perlu diketahui bahwa saat ini banyak merek pipa pvc yang beredar. Baik dengan harga yang murah maupun mahal. Namun semua itu tidaklah menjamin bahwa pipa tersebut bebas timbal. Sebab itu dikatakan Andrean, Pipa Power hadir dengan inovasinya untuk menghilangkan keresahan warga akan kandungan timbal yang ada di pipa-pipa di pasaran. “Hanya Pipa Power yang menjamin bahwa pipa yang diproduksi bebas timbal. Karena kami sadar bahwa timbal yang terkandung di pipa bila terkonsumsi tubuh melalui aliran air bisa berakibat fatal bagi kesehatan,” pungkasnya.(*)